IDENTITAS
:
Nama :
Euis Desy Khairiyati
Nim :
72153014
Prodi / Sem :
Sistem Informasi / Semester 3
Fakultas :
Sains dan Teknologi
Perguruan Tinggi :
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Tema : Integrasi Tasawuf dan Sains.
BUKU I
Identitas Buku :
Ja’far. 2016. Gerbang Tasawuf.
Medan : Perdana Publishing.
Sub : Integrasi dalam Ranah Ontologi.
Menurut
Ja’far (2016:105) istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos yang bermakna teori, sedangkan
dalam bahasa Latin disebut ontologia,
sehingga ontologi bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut.
Ontologi dapat dimaknai sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu. Ontologi
merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat, dan
membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik
esensial keberadaan. Suriasumantri menyimpulkan bahwa ontologi sebagai bagian
dari kajian flsafat ilmu membahas tentang hakikat dari objek telaah ilmu dan
hubungan objek ilmu dengan manusia sebagai pencari ilmu. Dengan demikian,
ontologi adalah ilmu tentang teori kebenaran, dan istilah ontologi ditujukan
kepada pembahasan tentang objek kajian ilmu.
Para sufi awal memang lebih banyak
memfokuskan kepada masalah kedekatan kepada Allah Swt, tetapi belakangan mereka
meluaskan objek kajian tasawuf sampai kepada persoalan wujud, selain tasawuf
juga mulai bersinggungan dengan filsafat, sehingga mereka tidak saja membahas
dan menyibak hakikat wujud-Nya, tetapi juga wujud alam dan manusia. Hal ini
dapat dilihat dari karya – karya Ibn Arabi, Suhrawardi, dan Mulla Shadra.
(Ja’far,2016:105-106)
Berbeda
dari saintis Barat sekuler, para sufi Muslim dan sufi berpendapat bahwa ada
hubungan erat antara lain dengan Allah Swt. Menurut Ibn Arabi ialah alam
diciptakan Allah Swt melalui proses tajalli
(penampakan diri)-Nya pada alam empiris yang majemuk. Tajalli Allah Swt mengambil dua bentuk yaitu tajalli dzati dalam bentuk penciptaan potensi dan tajalli syuhudi dalam bentuk penampakan
diri dalam citra alam semesta. Teori Ibn Arabi tentang alam didasari oleh
doktrinya tentang kesatuan wujud (wahdat
al-wujud) dan tajalli. Ibn Sina
dari mahzab Masysya’iyah, Suhrawardi
yang mendirikan mahzab Isyraqi dan
Mulla Shadra dari mahzab Hikmah
al-Muta’aliyah memberikan penjelasan bahwa alam material tidak mandiri,
melainkan disebabkan oleh wujud AllahSwt, dan selalu berada dalam pengawasan
dan pengaturan-Nya. Ibn Sina, Suhrawardi, dan Mulla Shadra menegaskan bahwa
seluruh elemen dunia material (mineral, tumbuhan, hewan dan manusia) adalah
akibat dari dunia spiritual memiliki jiwa (al-nafhs)
masing – masing. (Ja’far,2016:106-107)
Dengan
demikian, saintis muslim sebagai peneliti alam empirik harus menyadari alam
merupakan ciptaan dan manifestasi Allah Swt, sehingga penelitian terhadap alam
dapat memperkokoh keimanan seorang muslim saintis bukan menjauhkan manusia
dari-Nya.
Kesimpulan :
Pembahasan mengenai objek kajian
ilmu merupakan defenisi dari ontologi. Ontologi juga membahas hakikat dari ilmu
tersebut. Sehingga dalam mengintegrasikan tasawuf dengan ilmu sains, para
ilmuan saintis muslim meluaskan pembahasan mengenai tasawuf kepada al-wujud Allah Swt, bahkan ada kaitannya
dengan filsafat yang membahas wujud alam
dan manusia.
Hal
ini dikemukakan oleh tokoh sufi Ibn Arabi ialah alam diciptakan Allah Swt
melalui proses tajalli (penampakan
diri)-Nya pada alam empiris yang majemuk, Ibn Sina dari mahzab Masysya’iyah, Suhrawardi yang mendirikan
mahzab Isyraqi dan Mulla Shadra dari
mahzab Hikmah al-Muta’aliyah
memberikan penjelasan bahwa alam material tidak mandiri, melainkan disebabkan
oleh wujud AllahSwt, dan selalu berada dalam pengawasan dan pengaturan-Nya. Ibn
Sina, Suhrawardi, dan Mulla Shadra menegaskan bahwa seluruh elemen dunia
material (mineral, tumbuhan, hewan dan manusia) adalah akibat dari dunia
spiritual memiliki jiwa (al-nafhs) masing
– masing. (Ja’far,2016:106-107)
BUKU II
Identitas Buku :
Nata, Abbudin. 2015. Akhlak Tasawuf dan
Karakter Mulia. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Sub : Problematika Masyarakat Modern dan Perlunya Akhlak Tasawuf.
Pada dasarnya, posisi ilmuan saintis
modern sangat rentan dengan problematika masyarakat, sehingga munculnya suatu
kekhawatiran termasuk pendangkalan iman seorang ilmuan saintis muslim. Hal ini
perlu diperhatikan dengan perlunya akhlak tasawuf yang mengajarkan gaya hidup
sufi. Menurut Abuddin (2015:255) melalui tasawuf, seseorang disadarkan bahwa
sumber segala yang ada ini berasal dari Tuhan, bahwa dalam paham wahdatul wujud, alam dan manusia yang
menjadi objek ilmu pengetahuan ini sebenarnya adalah bayang – banyang atau foto
copy Tuhan. Dengan cara demikian, antara satu ilmu dengan ilmu lainnya akan
saling mengarah pada Tuhan. Di sinilah perlunya ilmu dan teknologi yang
berwawasan moral, yaitu ilmu yang diarahkan oleh nilai – nilai dari Tuhan.
Paham wahdatul wujud ini dibawa oleh tokoh sufi Ibn Arabi. Dia telah
sampai kepada puncak wahdatul wujud
dan menegakkan pahamnya dengan berdasarkan renungan pikir, filsafat dan zauq
tasawuf. Baginya wujud (yang ada) itu hanya satu. Wujudnya makhluk adalah ‘ain wujud khaliq.
Dengan
adanya bantuan tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan
bertabrakan, karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan. Dan di pihak
lain perasaan beragama yang didukung oleh ilmu pengetahuan itu juga akan
semakin mantap.
Kesimpulan :
Dapat ditarik kesimpulan bahwa,
hakikat pembelajaran tasawuf ini mengajarkan kepada segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini berasal dari Tuhan (wahdatul
wujud), sehingga segala problematika terhadap masyarakat saat ini dapat
diatasi dengan paham yang dibawakan oleh tokoh sufi Ibn Arabi. Baginya wujud
(yang ada) itu hanya satu dan wujudnya makhluk adalah ‘ain wujud khaliq. Sehingga manusia itu sendiri hanyalah bayang –
bayang dari Tuhan yang menjadi objek kajian ilmu pengetahuan.
Perbandingan :
Pada buku I oleh Bapak Dr.Ja’far, MA
menjelaskan terlebih dahulu mengenai defenisi dari ontologi, sehingga dapat
menjadi suatu pemahaman kepada pembaca untuk melanjutkan pembahasan mengenai
integrasi dalam ranah ontologi. Kemudian dalam buku ini dijelaskan secara rinci
beserta tokoh sufi yang membawa paham wahdatul
wujud serta terdapat kutipan – kutipan para sufi mengenai kajian objek
pengetahuan wahdatul wujud.
Sedangkan pada buku II oleh Prof.
Dr.H Nata Abuddin MA tidak menjelaskan defenisi ontologi terlebih dahulu, namun
pembahasannya mengarah kepada problematika masyarakat saat ini dengan lahirnya
ilmuan – ilmuan saintis serta solusinya yaitu tasawuf. Pada buku ini dijelaskan
secara singkat mengenai paham wahdatul
wujud yang dibawakan oleh Ibn Arabi.
Casino Games on Google Play
BalasHapusPlay casino games on the Go. We have created 포천 출장마사지 a 화성 출장샵 world of free mobile casino games to help you 사천 출장안마 to feel 춘천 출장샵 like a real Vegas casino. 대구광역 출장마사지 In the best